Rabu, 08 Juni 2011

Terowongan Lampegan

Melongok Terowongan Lampegan…. Meski cat dinding terowongan itu terbilang baru, namun warnanya dicoba untuk dipertahankan seperti aslinya. Berkelir putih, dengan sedikit imbuhan warna hitam; itulah warna asli sebagaimana dipertunjukkan oleh foto-foto dari zaman penjajahan Belanda dahulu. Itulah terowongan Lampegan!

Di atas lobang terowongan itu tertulis angka 1879-1882. Memang di masa itulah, pemerintah kolonial Hindia Belanda mempekerjakan tenaga-tenaga pribumi untuk menggali lobang menembus gunung. Tepatnya, bukan Hindia Belanda sih, namun Perusahaan Kereta Api Negara Staatspoorwegen, yang menginisiasi pembangunan terowongan itu.

Terowongan itu pun dibangun bertepatan saat Staatspoorwegen membangun jalur kereta Sukabumi-Lampegan-Cianjur. Jalur itu pun baru dioperasikan pada tanggal 10 Mei 1883. Baru kemudian, jalur kereta api antara Cianjur-Padalarang-Bandung dioperasikan pada 10 September 1884.

Lampegan konon berasal dari kalimat dalam bahasa Belanda “Lamp a gan, nyalakan lampu”. Mirip kata penyebutan jalan Marlioboro yang konon merupakan serapan dari kata Marlborough.
Terowongan Lampegan ini terletak di Kecamatan Cibeber, perbatasan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Pada tanggal 8 Februari 2001, terowongan ini runtuh, namun kini terowongan sepanjang 687 meter telah selesai direnovasi.

Ditemui di Lampegan, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Tundjung Inderawan mengatakan, tahun 2010 silam mengucurkan Rp 8 miliar. “Terowongan itu sudah selesai direnovasi. Meski masih ada rembesan air, yang sudah saya perintahkan untuk diperbaiki,” katanya.

Agus Imansyah, pentolan dari komunitas KRL Mania mengatakan, para pecinta kereta yang tergabung dalam Komunitas Edan Sepur telah menyusuri terowongan itu bahkan di waktu malam.

Turis Jepang
Ternyata, sekelompok turis dari Jepang, telah pula dipandu oleh pengusaha batu bara Achmad Rizal untuk menyusuri terowongan itu. Di hari-hari ini, keselamatan saat menyusuri terowongan itu memang sangat terjamin, karena belum ada perjalanan kereta reguler di lintas tersebut.

Sebenarnya, ada terowongan yang lebih panjang di Jawa Barat. Yakni Terowongan Sasaksaat yang juga dibangun oleh Staatsspoorwagen antara tahun 1902-1903, dengan panjang 949 meter. Terowongan itu di jalur Purwakarta dan Padalarang di Km 143 + 144.

Persoalannya, tiap hari setidaknya ada 44 kereta api yang melintas secara reguler. Dengan demikian, bagaimana bila ada peminat wisata menyusuri terowongan? Pastinya, akan dihadang oleh tingginya lalu lintas kereta di terowongan itu.

Kabar baiknya, Rizal berniat menghidupkan satu lokomotif uap dari museum transportasi di Taman Mini Indonesia Indah, untuk melayani jalur kereta wisata dari Stasiun Sukabumi hingga Stasiun Lampengan—hanya 20 meter di timur Lampengan. Nantinya, kereta lokomotif uap itu akan menarik 3-4 gerbong kereta kayu.

Jalur kereta antara Sukabumi hingga Lampegan pun, menyuguhkan pemandangan sangat indah. Di kanan-kiri terdapat sawah, terkadang diimbuhi pemandangan pegunungan di kejauhan maupun ngarai yang dilewati oleh sungai-sungai berair deras.

Assistant Rail Business Development Egis International, Deddy Herlambang mengatakan, sudah dua tahun dibutuhkan untuk menghidupkan lokomotif uap untuk melayani jalur kereta Sukabumi-Lampegan.

Padahal kata Rizal, andai izin sudah keluar untuk merestorasi lokomotif uap itu maka hanya dalam enam bulan, kereta wisata itu akan dapat beroperasi. Nantinya, perjalanan itu dimulai dari Stasiun Sukabumi.

Sementara itu, meski sama-sama berakhir di Stasiun Lampegan, PT KAI dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada bulan Juli 2011 berencana mengoperasikan Kereta Wisata Argo Peuyeum untuk menyusuri ruas Bandung-Lampegan berjarak 58 kilometer.

Nantinya, potensi kereta wisata itu rencananya disatukan dengan wisata budaya situs megalitikum Gunung Pandang, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Situs yang disebut-sebut sebagai situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara itu, hanya berjarak delapan kilometer dari Stasiun Lampegan, menembus perkebunan teh.
Ayo, kapan ke Terowongan Lampegan….? (HARYO DAMARDONO, Mei 2011)

3 komentar:

  1. Meski cat dinding terowongan itu terbilang baru, namun warnanya dicoba untuk dipertahankan seperti aslinya. Berkelir putih, dengan sedikit imbuhan warna hitam; itulah warna asli sebagaimana dipertunjukkan oleh foto-foto dari zaman penjajahan Belanda dahulu. Itulah terowongan Lampegan!

    "berdasarkan foto hitam putih kok bs tau kalo itu kelirnya benar2 warna hitam? kalo dari foto hitam putih bs aja kelirnya warna biru tua, hijau tua dsb"

    BalasHapus
  2. gedung SMA aku dulu (SMA 3-5 Bandung) bekas HBS, menurut sejarah warna yg digunakannya tidak berubah sejak berdiri (warna krem muda), tapi kalo dilihat dr foto hitam putih (foto zaman dulu) warnanya terlihat putih

    BalasHapus
  3. @aldhira: katanya, dulu warna-nya gitu boss.. tapi, kita tunggu jawaban dari Oom Dedddy Herlambang

    BalasHapus